Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

CONTOH KASUS BAB 5. Manusia dan Keindahan

CONTOH KASUS BAB 5 
Manusia dan Keindahan



Kami akan mengambil sebuah kasus ,yang tidak asing lagi di telinga para Ibu-Ibu rumah tangga atau kantoran .Kasus Sheila Marcia dan seorang anak tanpa status ayah . Wanita ini pun tidak jarang menjadi bahan obrolan dan liputan para pencari berita .Sheila Marcia kembali masuk bui karena terkait
obat-obatan terlarang .Dan digegerkan dengan seorang bayi yang masih di dalam kandungan ketika di bui . Keindahan pada kasus ini adalah sebuah insan yang saling memberikan kasih kepada
insan lain .Walaupun kedua insan tersebut melampaui batas atas norma-norma di dalam masyarakat .Kemerosotan zaman dan tata nilai yang sudah usang mungkin memberikan efek pada generasi muda .Sebuah pengakuan atas ayah biologis merupakan suatu keindahan .Dan rasa cinta kasih diberikan
lingkungannya yang terus mengawasi dan mensupport Sheila hingga dapat bertahan sampai saat ini .Dan juga suatu keindahan pula sebagai insan untuk merenung sejenak bahwa segala sesuatu indah pada waktunya dan suatu kepercayaan atas suatu keagungan dan keindahan Tuhan Yang Maha Esa .

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

CONTOH KASUS BAB 4. Manusia dan Cinta Kasih

CONTOH KASUS BAB 4
Manusia dan Cinta Kasih

“AYAH JAJAKAN GINJAL SEHARGA IJAZAH ANAK DIBUNDARAN HI”


JAKARTA, KOMPAS.com — Di tengah teriknya sinar matahari yang menerpa Ibu Kota, seorang bapak dan putrinya memegang poster dan menunjukkannya kepada para pengendara mobil yang melintas di Bundaran Hotel Indonesia. Pada poster itu, sang ayah menawarkan ginjal untuk menebus ijazah putrinya itu yang bernama Sarah Meylanda Ayu. Dia adalah Sugiyanto. Dia terpaksa melakukan hal tersebut demi menebus ijazah Ayu di Pondok Pesantren Al Asriyah Nurul Iman. Untuk menebus ijazah anak keduanya itu, pria yang bekerja sebagai penjahit itu harus membayar Rp 17 juta. Sampai saat ini, ijazah SMP dan SMA Ayu selama bersekolah di pesantren itu belum juga diambilnya. "Jangankan ginjal, jantung pun saya jual jika ada yang mau. Demi anak saya, saya rela mati," kata Sugiyanto di Bundaran HI, Rabu (26/6/2013). Sugiyanto mengatakan, tadinya ia diharuskan membayar sejumlah uang administrasi selama Ayu menempuh pendidikan di pondok pesantren yang terletak di Desa Waru Jaya, Parung, Bogor. Dia diharuskan membayar Rp 70 juta. Sebab, sekolah itu meminta Sugiyanto membayar Rp 20.000 per hari sejak Ayu masuk pesantren dari tahun 2005. "Tapi, setelah saya ngomong dengan pihak
sekolah, akhirnya sekolah memutuskan agar saya bayar uang ijazahnya saja. Yang Rp 70 juta dibebaskan," ujarnya. Walau demikian, ia tetap belum mampu menebus ijazah yang diminta pesantren
tersebut. Untuk menebus ijazah SMP anaknya, Sugiyanto harus membayar Rp 7 juta, sementara untuk ijazah SMA Rp 10 juta. Sugiyanto tidak mampu membayarkan ijazah anaknya karena ia tidak mempunyai penghasilan tetap. Warga Kebon 200, Kelurahan Kamal, Jakarta Barat, ini sehari-harinya menerima pesan jahit pakaian di dekat rumahnya. Penghasilannya hanya sekitar Rp 60.000 sampai Rp 80.000 per hari. Itu pun untuk memenuhi kebutuhan hidup kelima anaknya. 21.Sugiyanto mengaku sudah tidak tahu lagi bagaimana cara mencari uang untuk menebus ijazah anaknya itu. Tiga bulan lalu, ia sudah membicarakan permasalahan ini ke Komnas HAM, Kementerian Agama, dan Kementerian Pendidikan. Akan tetapi, belum ada tanggapan dari ketiga lembaga itu. "Rp 1 miliar pun sebenarnya saya tidak
akan mau untuk menjual ginjal saya. Tapi, demi sekolah anak, saya rela menjualnya," ucapnya
Ayu bersekolah di pondok pesantren itu sejak tahun 2005. Ketika itu, ia mengenyam bangku SMP. Awalnya, pihak pesantren tidak memungut biaya dari murid-muridnya, tetapi ketika pemilik
pesantren itu meninggal pada tahun 2010, terjadi perubahan sistem yang  mengharuskan para murid di pesantren tersebut untuk membayar biaya administrasi. Ayu lulus SMA pada 2012. Ia sempat
melanjutkan kuliah di pesantren tersebut beberapa bulan. Akan tetapi, karena ia tidak sanggup membayar uang administrasi, akhirnya ia memutuskan untuk berhenti kuliah. "Mau sekolah tidak bisa, kuliah tidak bisa. Ijazahnya saja tidak bisa diambil karena belum bayar," ujar gadis berjilbab itu
lirih.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

CONTOH KASUS BAB 3. Konsepsi Ilmu Budaya Dasar dalam Kesusastraan

CONTOH KASUS BAB 3
Konsepsi Ilmu Budaya Dasar dalam Kesusastraan


Batik Indonesia memiliki keunikan yang tidak ditemukan di negara lain. Keunikan itu terletak pada penggunaan malam atau campuran sarang lebah, lemak hewan, dan getah tanaman dalam pembuatannya. Motif batik semakin berkembang dengan adanya hasil karya desainer yang terus bertambah jumlahnya. Batik bagi masyarakat Jawa, memang bukan hanya sebuah kain bercorak, tetapi juga penggambaran filosofi kehidupan dan warisan budaya leluhur yang harus dijaga. Batik memang identik dengan Indonesia, tetapi bukan berarti negara lain tidak bisa memproduksinya. Negara tetangga kita, seperti Malaysia, Singapura, bahkan China juga memproduksi batik dengan motif yang cukup beragam. Hal itu ternyata tidak membuat pengakuan dunia internasional terkait batik Indonesia memudar.
Batik Indonesia akhirnya secara resmidimasukkan dalam 76 warisan budaya tak benda oleh UNESCO. UNESCO memutuskan untuk menjadikan batik Indonesia sebagai salah satu daftar warisan budaya pada 8 September 2009. Pada 2 Oktober di Abu Dhabi, UNESCO mengumumkan hasilnya sangat membanggakan bagi bangsa Indonesia. Pengakuan UNESCO terhadap batik Indonesia melalui proses panjang dan berliku. Upaya pemerintah mendaftarkan berbagai warisan budaya Indonesia guna mendapat pengakuan dunia internasional terus memperoleh hasil signifikan. Batik Indonesia dinilai sarat dengan teknik, simbol, dan budaya yang tidak lepas dari kehidupan masyarakat Indonesia mulai
dari lahir sampai meninggal. Kekayaan ragam batik yang datang dari beberapa wilayah dan provinsi, menjadi bukti bahwa Indonesia layak menjadi sumber budaya di mana batik tumbuh dan berkembang.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

CONTOH KASUS BAB 2. Manusia dan Kebudayaan

CONTOH KASUS BAB 2
Manusia dan Kebudayaan

“Logat Bahasa”


Disini saya akan membahas satu contoh kasus tentang kebudayaan yang sudah ditinggalkan oleh manusia karena menurut mereka jika mengikuti kebudayaan dianggap norak/kampungan. Kasus ini
mengenai logat(gaya bahasa) yang berasal dari Jawa Tengah yang sulit untuk dirubah dan telah menjadi kebudayaan masyarakat, umumnya Jawa Tengah. Sebagai orang Jawa Tengah terutama yang bertempat tinggal di Tegal, Jawa Tengah. Bahasa yang digunakan dalam keseharian kita sebut saja bahasa ngapak. Mungkin sebagian orang ada yang belum tahu apa bahasa ngapak? Atau pernah mendengar tetapi belum memahaminya. Bahasa ngapak adalah salah satu bahasa daerah di Jawa Tengah, namun tidak semua wilayah Jawa Tengah menggunakan bahasa ini. Bahasa ngapak lebih ke daerah Jawa Tengah yang mendekati Jawa Barat. Sama seperti bahasa jawa pada umumnya
yang paling membedakan adalah penempatan huruf “O” menjadi “A” dan dengan nada yang sedikit keras serta intonasi yang lebih cepat. Contoh: “Ono opo to?” menjadi “Ana apa ya?”, “Piye to?” menjadi “Kepriwe ya?” Dan masih sangat banyak lagi contoh-contoh yang lain dan tentunya bukan pada   penempatan huruf “O” menjadi “A” saja. Meskipun sering diejek karena gaya bahasa yang digunakan cenderung kasar dan intonasi bicaranya lebih cepat seperti orang yang marah, saya kira bahasa
ngapak bukanlah hal yang memalukan. Malah menurut saya kita harus bangga mempunyai beragam bahasa salah satunya bahasa ngapak. Belum tentu Negara lain mempunyai bahasa sebanyak bangsa
Indonesia.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS